Minggu, 31 Agustus 2014

Mangrove Desa Tuwed


Kabupaten Jembrana dilihat dari segi penggunaan wilayah terbagi menjadi daerah peruntukan, salah satu adalah kawasan pantai.  Pembangunan kawasan pantai di Kabupaten Jembrana tidaklah cukup hanya menata dan mengelola hutan mangrove saja, melainkan juga faktor pendukung lingkungan yang lain sebagai satu kesatuan ekosistem di tingkat hilir.  Dari hasil pendataan secara prediksi, bahwa panjang bentangan pantai di Kabupaten Jembrana + 86 Km, dengan potensi luasan hutan mangrove maksimal adalah 1.024 Ha yang tersebar dibeberapa Desa pesisir se-Kabupaten Jembrana, dimana Desa Tuwed memiliki 44,00 Ha hutan mangrove.
Memperhatikan kondisi sumber daya alam pantai di Kabupaten Jembrana dewasa ini, adalah penuh tekanan dan tantangan yang sangat mengkhawatirkan terjadinya kerusakan yang semakin meningkat.  Kerusakan pantai yang terjadi di Kabupaten Jembrana disebabkan oleh beberapa faktor, seperti abrasi, berkurangnya hutan mangrove/alih fungsi, pencurian kayu bakar dari pohon mangrove/bakau, pencurian pasir laut/penambangan pasir pantai secara besar-besaran oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, adanya limbah pabrik pengalengan ikan maupun limbah perahu nelayan  dan modus operandi pengerusakan lainnya. Akibat kerusakan hutan mangrove sangat dikhawatirkan akan menimbulkan bencana  berupa abrasi, infiltrasi air laut pada persawahan, tertanggunya kegiatan budidaya ikan tambak, dan sebagainya.     Dampak tersebut lebih lanjut akan menimbulkan kerusakan  pada berbagai sarana dan prasarana (infrastructure) asset pembangunan, baik berupa moril maupun materiil yang berujung pada terganggunya tata kehidupan masyarakat pesisir.
Dalam proses pembangunan pengelolaan kelestarian kawasan pantai, bukan saja ditentukan oleh kondisi sumber daya alam pantai yang ada, tetapi juga sangat ditentukan pula oleh peran serta masyarakat pesisir secara proaktif dan kualitas sumber daya manusia yang mendukung, yaitu yang mengelola serta mampu memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan/teknologi yang didukung kearifan lokal dalam menjaga kelestarian pantai,  seperti filsafat “Tri Hita Karana” sebagai landasan pembangunan yang berwawasan lingkungan.  Berdasarkan rumusan dalam rencana pembangunan dan pembinaan daerah pantai adalah untuk   mengendalikan kerusakan lingkungan pantai dan lautan, serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam berbagai jenis mangrove agar tetap terjaga kelestariannya.
Pengelolaan sumber daya alam pantai secara bijaksana dan berkelanjutan telah menjadi prioritas dalam program pembangunan oleh Pememerintah Kabupaten Jembrana melalui peran multi pihak yang terkait termasuk Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM), Kelompok Tani Mangrove Lindu Segara Tanjung Pasir Desa Tuwed,  siswa/siswi pelajar dan sebagainya, yaitu dengan menambah pengkayaan tanaman mangrove dalam pembangunan kehutanan.  Hutan mangrove ini mempunyai peranan/manfaat yang penting sebagai penyangga kehidupan di kawasan pantai dengan ekosistem laut.
Kelompok Tani Mangrove Lindu Segara Tanjung Pasir Desa Tuwed merupakan sebuah kelompok tani yang perduli dengan alam khususnya wilayah pantai dan mangrove. Dimana Kelompok Tani Mangrove Lindu Segara Tanjung Pasir Desa Tuwed diketuai oleh Bapak I Ketut Sukarta, memiliki anggota 82 orang, kelompok tani ini memiliki tugas dan peran yang mulia yaitu tetap menjaga dan mengawasi keasrian mangrove Desa Tuwed dan juga terus menggalakkan penanaman mangrove baik secara swadaya maupun dibantu oleh LSM, siswa, mahasiswa dan TNI.
Jenis-jenis mangrove yang penting dijumpai di sepanjang kawasan pantai Desa Tuwed dapat dikelompokkan ke dalam beberapa family sebagai berikut :
  1. Famili Rhizophoraceae : Bakau laki, Bakau gajah, Tanjung Lanang (Rhizophora mucronata), Tanjung weal (Rhizophora Apiculata) dan sebagainya.
  2. Famili Avecinniaceae Api-api (A. marina, Sio-sio, Pejapi) dan sebagainya.
  3. Famili Sonneratiaceae : Prepat, Roppa, Susup (S. alba).
  4. Famili lainnya : Nipah (Nypa fruticans), Bruguiera gymnorrhiza (Lindur/Tanjang), Sonneratia spp (Pedada),  Ceriops tagal  (tingi), Pacar laut, Ketapang, Nyamplung, Waru Laut, Pandan Laut dan sebagainya.
Diharapkan kedepannya potensi daerah mangrove ini bisa dijadikan daerah wisata agroecotourism sehingga dapat menarik lebih banyak pengunjung ke Desa Tuwed.


0 komentar:

Posting Komentar